der Deutschkurs a.k.a The German Course

Bulan lalu akhirnya saya memulai rutinitas baru yang udah saya planning sejak lulus kuliah dan sempat tertunda selama hampir dua tahun, yaitu kursus Bahasa Jerman.

Kenapa Bahasa Jerman?
Ya uda jelas lah ya saya penggemar der Panser alias timnas sepakbola Jerman sejak tahun 2002, tepatnya World Cup Korea-Jepang pas masa kejayaannya Oliver Kahn. Lama-kelamaan saya tertarik untuk mempelajari bahasanya.

Berhubung ga punya banyak waktu dan bokap ga begitu minat ngajarin saya walaupun dia bisa Bahasa Jerman, akhirnya selama bertahun-tahun saya cuma belajar dari buku yang beredar di toko buku. Of course, hasilnya nol besar, cuma hot-hot chicken ass (*baca : panas-panas pantat ayam), abis itu bukunya jadi pajangan doang.

Belakangan pas saya kuliah di Cina, saya punya cukup banyak waktu luang setelah tesis rampung dan mencoba (lagi) untuk belajar dari buku. Kali ini hasilnya mendingan karena bukunya lumayan mendasar plus dilengkapi CD rekaman untuk melatih listening dan pronunciation. Tapi tetep aja, begitu masuk grammar langsung angkat bendera putih.

Saya sampai pada kesimpulan bahwa saya harus ambil kursus kalau benar-benar pengen keliatan hasilnya. Paling sedikit ya belajar fonetik dan grammar dasar selama beberapa bulan, baru sisanya lanjut secara otodidak.

Ngomong sih gampang. Tapi lagi-lagi impian saya terbentur waktu dan biaya. Goethe Institut menyediakan kelas yang available di hari Sabtu dan Minggu, tapi dikebut 3 sesi maraton. Karena saya juga ngajar di hari Sabtu, saya cuma bisa pilih jadwal di hari Minggu, tapi dipikir-pikir rasanya saya ga bakal sanggup digeber juga di hari Minggunya. Harganya sih standard, tapi mesti tambah biaya ojeg dan makan pula karena lokasinya di Jakpus sana. Dan karena jarak itu jugalah saya yakin bakalan sering kena penyakit "malesss".

Pilihan kedua adalah privat karena waktunya lebih fleksibel dan ga harus kursus tiap minggu. Tapi entah kenapa, ada aja yang bikin saya menunda-nunda. Mungkin karena ga rela keluarin uang untuk hobi semata kali yah..

But.. niatan itu makin menjadi-jadi dan akhirnya saya pun tergoda untuk ikut kursus di ILC (International Language Center) di Citraland. Harganya sih lebih tinggi dari Goethe Institut, tapi lokasinya searah dari kantor ke rumah, jadi ga ribet dan ga berat ongkos. Jadwalnya juga available di weekdays setelah office hour. Yang berarti saya bakal lebih rajin dunk dateng kursus, hehehee.. Emang sih otomatis saya bakal pulang lebih malam dari biasanya, sekitar jam 21:30 sampe rumah. Tapi dulu, di tahun pertama saya kerja pun hampir tiap hari saya selalu sampe rumah di atas jam 9 malam. Jadi bisa dipastikan saya tetep bakal survive.

Setelah saya deal, ternyata kelas Beginner 1 (kelas yang paling dasar) sudah berjalan selama satu bulan dan saya ga bisa follow up. Akhirnya saya terpaksa delay start sampai April setelah term tersebut berakhir dan kelas baru dimulai. Duh ilaaah galaunya harus nunggu lagi...

Tapi belakangan saya bersyukur banged kena delay start karena ternyata pengajarnya ganti dan pengajar yang sekarang much better daripada yang sebelumnya.. yihiiiyyy..

First month's impression:
A nice and easy going teacher, cozy classroom, fun classmates and perfect learning speed..
I got a feeling it's just gonna get better..
Yihiiiyy...

Comments

Popular posts from this blog

Contoh Soal dan Essay IELTS Writing Task 2

IELTS Writing Task 2

Romantic Doctor, Teacher Kim - Classy Korean Drama

Study in Fuzhou - Fujian Normal University

IELTS Writing Task 1

Penipuan Derawan Trip oleh @derawan_island

Travel in China : Shanghai 上海 - Hangzhou 杭州

Travel in China : Xi'an 西安 - Huaqing Pool & Terracotta Warriors

Coincidence...?

Eng ing eng.....