Posts

Showing posts from 2016

Trip to Batu, East Java

Image
Sejak pertengahan 2015, banyak banget instagramers yang posting foto-foto di kota wisata Batu, terutama di Museum Angkut. Jadi penasaran juga pengen lihat seperti apa sih kemajuan pariwisata di kota yang dulunya masih kalah terkenal dibandingkan kota Malang itu. Makanya ketika Ria, yang sekarang berbasis di Surabaya, ngajakin jalan-jalan ke sana bulan Mei lalu, saya langsung setuju. Berhubung beberapa teman lainnya sedang sibuk mengumpulkan pundi-pundi untuk cicilan biaya resepsi, dan hanya saya dan Lidia yang tampaknya hampir menceburkan diri ke kubangan depan rumah karena penat dengan rutinitas (btw kenapa menyinggung 'kubangan' lagi sih, Jox? Haha, entahlah, mungkin saya lelah), jadilah cuma kami bertiga yang cuss ke Batu. Thanks to Ria, saya dan Lidia tinggal terima beres aja. Tiket pesawat dan kereta udah fixed , hotel juga udah fixed , tinggal urus izin mamake dan mohon cuti ke Boss. Beres... Dari Jakarta, saya dan Lidia berangkat ke Surabaya bertemu Ria

Dengung Stadion

Setiap orang pasti punya aroma khas yang mengingatkannya akan masa kecil atau momen tertentu ataupun orang tertentu. Kadang bisa juga aroma itu membawa kenangan buruk yang membuat sedih, marah atau kesal. Makna yang diciptakan oleh satu aroma yang sama bisa berbeda bagi tiap orang. Demikian juga dengan suara. Suara derit pintu entah kenapa mengingatkan saya akan film horor, dan saya paling ngilu denger suara kuku yang digarukkan ke papan tulis hitam. Ugh. Nah kalau berbicara tentang suara favorit, dengung sorak sorai suporter bercampur suara komentator dan tiupan pluit wasit di stadion adalah favorit saya. Bagaikan aroma masakan restoran yang menggoda selera calon konsumen, saya juga selalu tergoda untuk merapat setiap kali mendengar perpaduan suara pertandingan sepakbola. Misalnya pas pencet-pencet saluran tv dan tiba-tiba denger suara itu, saya akan berhenti sejenak untuk melihat tim mana yang sedang bertanding. Demikian juga kalau di jalan ada yang nyetel tv dan nonton

Me, Myself and I

Image
I have this tight circle from high school called Dejolimenoris and we've been hanging out ever since. One of the moments we continuously use as an excuse to meet up is birthdays. The person who's having birthday will treat the rest of us, and in exchange, we would give a birthday present. It's been going on for almost a decade until it finally became more like a routine. Finding the perfect birthday present may sometimes wastes time and often still could not fully satisfy the birthday person (it shows in their expression when they open the present). And eating out at a fine dining restaurant these days may become a burden for some of us. So starting from this year, we decided we will not celebrate any birthday and no birthday present will be given. Thus, we only we meet up when we want to. Less frequent but more meaningful. And the first birthday of the year happened to be mine. I didn't feel sad. But I did feel something was off. A few days before my birthday

Balada Kubangan Berseni

Musim penghujan selalu jadi momok yang menakutkan bagi saya karena, sama dengan Jakartans lainnya yang bergantung pada transportasi umum, sesi berangkat dan pulang kerja jadi ekstra merepotkan. Misalnya tas jadi lebih berat karena bawa payung tiap hari, jalanan becek berlumpur plus air got meluap, halte padat penumpang, nunggu bus lebih lama, macet lebih parah, dan segudang ke-bete-an lainnya. Kadang, saya males banget payungan pas turun hujan, apalagi kalau melewati gang kecil dan banyak motor yang wara-wiri. Ribet. Ujung-ujungnya basah pula. Kalau cuma rintik-rintik atau gerimis kecil, biasanya saya cuma pake tudung jaket atau kerudungan pake kain pashmina. Nah, kalau kerudungan pake pashimna, saya bakal jadi pusat perhatian abang-abang terminal gara-gara " sipit-sipit koq pake kerudung" .  Terus saya sahutin " emangnya GA boleh..?" * tapi dalam hati aja ngomongnya :D Pernah suatu malam, saya pulang kerja setelah hujan deras dan sampai di terminal hujan